Sumber Artikel :
TM 23
Minggu, 13 Juni 2010
Perkembangan
TI yang pesat juga mengakibatkan perubahan signifikan terhadap akuntansi.
Perkembangan akuntansi berdasar kemajuan teknologi terjadi dalam tiga babak,
yaitu era bercocok tanam, era industri, dan era informasi. Peranan TI terhadap
perkembangan akuntansi pada setiap babak berbeda-beda. Semakin maju TI, semakin
banyak pengaruhnya pada bidang akuntansi. Kemajuan TI mempengaruhi perkembangan
sistem informasi akuntansi (SIA) dalam hal pemrosesan data, pengendalian
intern, dan peningkatan jumlah dan kualitas informasi dalam pelaporan keuangan.
Perkembangan SIA berbasis komputer dalam menghasilkan laporan keuangan juga
mempengaruhi proses audit. Akhirnya, kemajuan TI memberikan peluang baru bagi
profesi akuntan. Peluang baru yang mungkin diraih di antaranya adalah konsultan
sistem informasi berbasiskomputer, CISA, dan web trust audit.
Perkembangan
teknologi informasi yang pesat mengakibatkan perubahan yang sangat
signifikan terhadap akuntansi. Perkembangan akuntansi berdasar kemajuan
teknologi terjadi dalam tiga babak, yaitu era bercocok tanam, era industri, dan
era informasi. Hal ini dinyatakan oleh Alvin Toffler dalam bukunya yang berjudul
The Third Wave (Robert, 1992).
Tonggak sejarah
akuntansi dimulai sejak tahun 1494, yaitu ketika Luca Pacioli
memperkenalkan sistem doble entry book keeping. Akan tetapi, praktik akuntansi
sebenarnya sudah ada sejak zaman sebelum itu. Alvin Toffler dalam bukunya
The Third Wave menyatakan bahwa pada tahun 8000 SM yang dinyatakan sebagai
masa bercocok tanam orang sudah mengenal teknologi, informasi, dan akuntansi.
Pada masa
bercocok tanam paradigma terhadap penciptaan kemakmuran dilakukan dengan
mengeksploitasi alam. Orang belum mengenal teknik untuk mengubah bahan baku
menjadi produk. Teknologi pada masa itu masih bersifat fisik sehingga teknologi
informasi masih tertulis dan dikembangkan untuk membuat catatan akuntansi. Pada
masa itu teknologi akuntansi masih sangat sederhana. Karena lingkungan masih
sangat statis dan dapat diprediksi dengan mudah, maka sistem single entry
book keeping sudah dianggap cukup. Dengan sistem ini orang hanya memerlukan
informasi mengenai berapa aset dan utangnya pada suatu saat tertentu. Orang
belum berpikir mengenai berapa perubahan kekayaannya dan apa penyebab perubahan
tersebut.
Tahun 1650
sampai dengan 1955 dinyatakan oleh Alvin Toffler sebagai era industri. Era ini
dimulai dengan terjadinya revolusi industri, yaitu sejak ditemukannya
mesin-mesin industri. Tenaga kerja manusia di dalam pabrik mulai diganti dengan
mesin. Kantong-kantong industri mulai bermunculan dan pertukaran dengan uang
semakin berkembang.
Pada masa ini
teknologi akuntansi dengan single entry book keeping sudah tidak memadai
dalam penyediaan informasi akuntansi. Orang mulai memerlukan informasi mengenai
berapa pendapatan yang diperolehnya selama suatu periode tertentu dan berapa
perubahan kekayaan yang dimiliki. Pada era ini sistem doble entry
book keeping mulai diperkenalkan oleh Luca Pacioli meskipun bukan dia
penemu sistem ini. Karena kebutuhan manusia akan informasi semakin kompleks,
maka sistem doble entry book keeping mengalami perkembangan. Mulai dari
teknik pembukuan sampai dengan metode akuntansi yang kompleks seperti akuntansi
untuk inflasi, dana pensiun, leasing, dan lain-lain (Belkaoui, 2000).
Pada masa ini sistem informasi akuntansi di dalam upaya untuk menyediakan
informasi, baik kepada pihak ekstern maupun intern masih dilakukan secara
manual hanya dengan bantuan mesin hitung ataupun kalkultor.
Era informasi
dimulai dengan ditemukannya komputer pada tahun 1955. Padaera ini teknologi
informasi sudah menggunakan komputer dan pemrosesan informasi menjadi lebih
cepat, pemrosesan dan penyimpanan informasi menjadi lebih murah, dan tidak
banyak memakan tempat dan waktu.
Salah satu
bidang akuntansi yang banyak dipengaruhi oleh perkembangan TI adalah SIA. Pada
dasarnya siklus akuntansi pada SIA berbasis komputer sama dengan SIA berbasis
manual, artinya aktivitas yang harus dilakukan untuk menghasilkan suatu laporan
keuangan tidak bertambah ataupun tidak ada yang dihapus. SIA berbasis komputer
hanya mengubah karakter dari suatu aktivitas.
Model akuntasi
berbasis biaya historis tidak cukup untuk memberikan informasi yang dibutuhkan
oleh perusahaan pada era teknologi informasi (Elliot dan Jacobson, Gani, 1999).
Model akuntansi pada era teknologi informasi menghendaki bahwa model akuntansi
dapat mengukur tingkat perubahan sumber daya, mengukur tingkat perubahan
proses, mengukur aktiva tetap tak berwujud, memfokuskan ke luar pada nilai
pelanggan, mengukur proses pada realtime, dan memungkinkan network.
Perubahan proses
akuntansi akan mempengaruhi proses audit karena audit merupakan suatu bidang
praktik yang menggunakan laporan keuangan (produk akuntansi) sebagai objeknya.
Praktik auditing bertujuan untuk memberikan opini terhadap kewajaran
penyajian laporan keuangan yang dihasilkan oleh SIA. Dengan adanya kemajuan
yang telah dicapai dalam bidang akuntansi yang menyangkut SIA berbasis komputer
dalam menghasilkan laporan keuangan, maka praktik auditing akan terkena
imbasnya. Perkembangan TI juga mempengaruhi perkembangan proses audit.
Menurut Arens,
terdapat tiga pendekatan auditing pada EDP audit, yaitu audit sekitar
komputer (auditing around the computer), audit melalui komputer (auditing
through the computer), dan audit berbantuan komputer (auditing with
computer). Auditing around the computer adalah audit terhadap
penyelenggaraan sistem informasi komputer tanpa menggunakan kemampuan peralatan
itu sendiri, pemrosesan dalam komputer dianggap benar, apa yang ada
dalam computer dianggap sebagai “black box” sehingga audit hanya
dilakukan di sekitar box tersebut. Pendekatan ini memfokuskan pada input
dan output. Jika dalam pemeriksaan output menyatakan hasil
yang benar dari seperangkat input pada sistem pemrosesan, maka operasi
pemrosesan transaksi dianggap benar.
Ketika
organisasi memperluas penggunaan TI mereka pengendalian internal sering
ditanamkan di dalam aplikasi yang hanya terlihat dalam format elektronik.
Ketika dokumen sumber yang tradisional, seperti faktur, pesanan pembelian,
arsip penagihan, dan arsip akuntansi, seperti jurnal penjualan, daftar persediaan,
dan lainlain hanya dalam format elektronik auditor harus mengubah pendekatan
audit. Pendekatan ini sering disebut dengan auditing through the computer. Ada
tiga kategori pengujian dari pengujian strategi ketika mengaudit melalui
komputer, yaitu pendekatan data ujian, simulasi pararel, dan pendekatan modul
audit tertanam.
Pada auditing
with computer untuk membantu pelaksanaan keseluruhan program pengauditan
digunakan mikro komputer. Auditing with computer dimaksudkan untuk
melakukan otomatisasi terhadap proses pengauditan. Mikro komputer akan
mentransformasi beberapa fungsi audit. Auditing with computer
menggunakan software untuk melaksanakan pengujian terhadap pengendalian
intern organisasi klien (termasuk compliance test) dan pengujian
substantif terhadap catatan dan file klien.
Berdasarkan
uraian di atas, terlihat bahwa auditing with computer mengarah pada
penerapan expert system di dunia pengauditan. Expert system adalah
program komputer yang berciri intensif-pengetahuan yang menangkap keahlian
manusia dalam wilayah pengetahuan yang terbatas. Pada expert system pengetahuan
manusia dimodelkan atau direpresentasikan dalam satu cara yang bisa diproses
oleh komputer. Kondisi-kondisi dalam penyusunan laporan keuangan dieksekusi
dalam konstruksi IF-THEN. Jika kondisi adalah benar (true), maka suatu
tindakan dilakukan.
Standar
profesional akuntan publik menyatakan bahwa pekerjaan audit harus dilakukan
oleh seorang auditor atau lebih, yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang
cukup sebagai seorang auditor. Namun, untuk keperluan EDP audit, maka auditor
yang bersangkutan selain memiliki keahlian audit dan akuntansi jugaharus
memiliki keahlian komputer. Lebih-lebih jika auditor akan melakukan audit yang through
dan within the computer.( http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/naniek
noviari(1)